Kamar Literasi

Buku Teks AI Hadir di Korea: Masa Depan Pendidikan atau Tantangan Baru?

AI textbooks mulai diterapkan di Korea pada 2025, membawa peluang dan tantangan dalam pendidikan digital yang lebih personal dan adaptif.

Buku Teks AI Hadir di Korea

Kamar Literasi - Mulai Maret 2025, sekolah-sekolah di Korea Selatan akan mengadopsi buku teks berbasis kecerdasan buatan (AI) untuk mata pelajaran matematika, bahasa Inggris, informatika, dan bahasa Korea untuk pendidikan khusus. Inisiatif ini menargetkan siswa kelas 3 dan 4 sekolah dasar, serta siswa tahun pertama sekolah menengah pertama dan atas. Langkah ini memicu perdebatan: apakah ini revolusi pendidikan yang dibutuhkan atau justru tantangan baru yang perlu diwaspadai?

Apa Itu Buku Teks AI?

Buku teks berbasis AI adalah inovasi dalam dunia pendidikan yang memanfaatkan algoritma AI generatif untuk menciptakan materi belajar yang disesuaikan dengan kemampuan dan kecepatan belajar masing-masing siswa. Dengan memanfaatkan data real-time, sistem ini memberikan umpan balik yang memungkinkan guru menyesuaikan strategi pengajaran mereka secara lebih efektif.

Pada Forum Internasional UNESCO tentang Masa Depan Pendidikan pada Desember 2024, Wakil Perdana Menteri sekaligus Menteri Pendidikan Korea, Lee Ju-Ho, menjelaskan bahwa buku teks digital ini dirancang untuk mendukung pembelajaran yang dipersonalisasi. Guru juga akan mendapatkan wawasan berbasis data untuk menyusun rencana pengajaran yang lebih efektif.

Untuk mewujudkan inisiatif ini, pemerintah Korea menggelontorkan hampir USD 70 juta guna meningkatkan infrastruktur digital di sekolah-sekolah. Langkah ini mencakup pemeriksaan konektivitas, penyediaan 1.200 tutor digital untuk membantu transisi, serta uji coba pusat dukungan teknis bagi para guru.

Keuntungan yang Dijanjikan

Dalam siaran pers resminya, Kementerian Pendidikan Korea menyoroti sejumlah manfaat utama dari buku teks AI, seperti:

  1. Pembelajaran yang lebih personal: Materi disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing siswa berdasarkan data pembelajaran mereka.
  2. Fitur inklusif: Subtitle, terjemahan multibahasa, serta teks layar akan membantu siswa dengan kebutuhan khusus dan mereka yang berasal dari latar belakang multikultural.
  3. Mengurangi ketimpangan akademik: Dengan pendekatan yang lebih fleksibel, diharapkan perbedaan prestasi antara siswa yang mengikuti les privat dan mereka yang tidak bisa dikurangi.
  4. Meningkatkan literasi digital: Siswa akan lebih siap menghadapi dunia yang semakin terdigitalisasi.

Kebijakan ini bertujuan mengubah cara belajar siswa Korea yang selama ini masih sangat bergantung pada metode hafalan. Dengan pendekatan berbasis AI, pembelajaran diharapkan lebih efektif dan relevan dengan tuntutan zaman.

Kekhawatiran dan Tantangan

Namun, tidak semua pihak setuju dengan percepatan adopsi buku teks AI. Sejak munculnya ChatGPT, dunia pendidikan masih mencari cara terbaik untuk mengintegrasikan AI tanpa mengorbankan aspek fundamental dalam pengajaran. 

Perusahaan penerbitan besar seperti Pearson sudah lebih dulu menerapkan konsep buku teks digital, yang kini digunakan oleh lebih dari 70.000 siswa di lebih dari 1.000 institusi. Meski begitu, banyak pihak yang menyerukan kehati-hatian dalam penerapan AI di pendidikan.

Laporan GEM 2023 mengenai teknologi dalam pendidikan menyoroti sejumlah risiko, di antaranya:

  1. Ketergantungan digital: Terlalu bergantung pada teknologi dapat melemahkan keterampilan berpikir kritis siswa.
  2. Masalah privasi dan keamanan: Pengumpulan data dalam jumlah besar menimbulkan kekhawatiran tentang penyalahgunaan informasi pribadi siswa.
  3. Kesulitan adaptasi bagi guru: Perubahan drastis ini membutuhkan pelatihan intensif agar guru dapat memanfaatkan teknologi secara maksimal.

Atas dasar ini, Dewan Gubernur Pendidikan Nasional meminta agar pelaksanaan kebijakan ini ditunda, terutama untuk beberapa mata pelajaran. Asosiasi Kepala Sekolah Nasional juga mengungkapkan kekhawatiran yang serupa.

Penyesuaian dan Kebijakan Baru

Menanggapi kritik tersebut, pemerintah Korea memutuskan untuk menunda penerapan buku teks AI pada mata pelajaran bahasa Korea dan ekonomi rumah tangga. Sementara itu, mata pelajaran sosial dan sains baru akan menggunakan buku teks digital pada 2027.

Pemerintah juga mengalokasikan 760 juta dolar selama tiga tahun ke depan untuk melatih para guru dalam pemanfaatan teknologi digital, sebuah langkah yang disambut baik oleh Federasi Guru Korea sebagai "pendekatan yang lebih seimbang".

Selain itu, pemerintah Korea mengeluarkan Pedoman Pengembangan Buku Teks AI Digital yang selaras dengan Undang-Undang Perlindungan Informasi Pribadi guna memastikan keamanan data siswa.

Yang mengejutkan, Majelis Nasional Korea baru-baru ini mengubah status buku teks AI dari bahan ajar utama menjadi materi tambahan. Ini berarti penggunaannya di sekolah tidak akan bersifat wajib, melainkan tergantung pada kebijakan masing-masing kepala sekolah.

Menteri Pendidikan Korea memperingatkan bahwa perubahan ini dapat menimbulkan kebingungan di sekolah-sekolah yang sudah bersiap menerapkan teknologi ini.

Masa Depan Buku Teks AI di Korea

Transformasi digital dalam pendidikan bukanlah hal yang mudah. Implementasi teknologi dalam skala besar seperti ini memerlukan pelatihan guru, anggaran yang memadai, serta komunikasi yang baik dengan orang tua dan masyarakat. Aturan yang jelas juga dibutuhkan agar kebijakan ini dapat diterapkan dengan efektif.

Laporan GEM 2024/2025 edisi regional akan menyoroti peran kepemimpinan dalam transformasi digital pendidikan di Asia Timur, termasuk Korea Selatan. Laporan ini dijadwalkan rilis pada Juni 2025.

Mengingat skala dan dampaknya, dunia akan mengamati dengan seksama bagaimana inisiatif ini berjalan. Apakah buku teks AI akan menjadi terobosan besar dalam pendidikan atau justru memicu tantangan baru? Jawabannya akan tergantung pada bagaimana kebijakan ini diimplementasikan dan dievaluasi ke depannya.

Posting Komentar